Sunday 28 June 2015

Penelitian Prevalensi Parasit Lele

I.                   PENDAHULUAN

1.1              Latar belakang
Lele dumbo merupakan ikan ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani ikan, tidak terkecuali di Kabupaten Banggai. Beberapa keunggulan ikan ini ialah mudah dibudidayakan, pertumbuhannya relatif cepat, dan harga jualnya yang cukup tinggi. Lele dumbo (C. gariepinus) merupakan jenis ikan air tawar yang berprotein tinggi dan merupakan komoditas perikanan yang cukup populer dikalangan masyarakat. Lele dumbo (C. gariepinus) memiliki berbagai keunggulan antara lain mudah dipelihara, proses pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang cukup tinggi. Budidaya ikan lele dumbo (C.gariepinus) lebih mudah dibandingkan ikan tawar lainnya seperti gurami, tawes, nila, nilem, dan masih banyak ikan air tawar lainnya.
            Pengembangan usaha budidaya ikan tentu tidak lepas dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi hasil budidaya, salah satunya yaitu penyakit.  Dalam budidaya ikan kewaspadaan terhadap hama dan penyakit yang menyerang benih harus mendapat prioritas yang utama supaya produksi budidaya ikan tidak mengalami penurunan, bahkan dapat mengalami kematian ikan, dan kerugian ekonomi.
            Faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yanng berasal dari dalam, seperti gangguan pada genetik, kekebalan, dan metabolisme. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang bersifat patogen dan non patogen. Faktor eksternal yang bersifat patogen antara lain virus, parasit, jamur, bakteri, dan protozoa, sedangkan faktor yang bersifat non patogen antara lain suhu, pH, nutrisi, dan kualitas air (Afrianto & Liviawaty, 1992)
            Salah satu penyebab timbulnya penyakit pada ikan yaitu adanya parasit. Penyakit yang disebabkan oleh organisme parasit disebut penyakit parasiter (Irianto, 2005). Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain dan umumnya menimbulkan efek negatif pada organisme yang ditempatinya. Serangan parasit dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis. Efek ekonomis parasit pada ikan antara lain pengurangan populasi ikan konsumsi, pengurangan berat ikan dan terjadinya perubahan morfologi ikan.
Berdasarkan pemikiran diatas maka perlu diadakan penelitian tentang Analisi tingkat serangan parasit pada ikan lele dumbo Clarias gariepinus, suatu studi tentang ekologi parasit.
1.2              Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis parasit yang menyerang benih ikan lele dumbo (C. gariepinus) di kolam Kampus II Universitas Muhamadiyah Luwuk, serta tingkat serangan parasit pada ikan lele dumbo di kolam Kampus II Universitas Muhamadiyah Luwuk.
Sedangkan kegunaan penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi bagi pembudidaya ikan lele dumbo (C. gariepinus) tentang jenis-jenis parasit yang menginfeksi tubuh ikan lele dumbo (C. gariepinus) serta tingkat infeksi ikan lele dumbo yang terserang penyakit.


II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1        Klasifikasi dan morfologi kan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Menurut Sanin (1984) dan Simanjuntak (1989) dalam Rustidja (1997) klasifikasi ikan lele dumbo adalah sebagai brikut:
Kingdom             :         Animalia
Sub Kingdom      :         Metazoa
Filum                   :         Vertebrata
Kelas                   :         Teleostei
Ordo                    :         Ostariophysoidei
Sub Ordo             :         Siluroidea
Family                 :         Claridae
Genus                  :         Clarias
Spesies                 :         Clarias gariepinus






Gambar I  : Ikan Lele Dumbo ( Clarias Gariepinus )
Sumber  : Rustidja (1997)
Menurut Najiyati (1992), dalam Rustidja (1997) bentuk luar ikan lele dumbo yaitu memanjang, bentuk kepala pipih dan tidak bersisik. Mempunyai sungut yang memenjang yang terletak di sekitar kepala sebagai alat peraba ikan serta mempunyai alat olfactory yang terletak berdekatan dengan sungut hidung dan penglihatannya kurang berfungsi dengan baik. Ikan lele dumbo mempuyai 5 sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, dan sirip dubur.  Pada sirip dada jari-jarinya mengeras yang berfungsi sebagai patil, tetapi pada lele dumbo lemah dan tidak beracun. Insang berukuran kecil, sehingga kesulitan jika bernafas. Selain bernafas dengan insang juga mempunyai alat pernafasan tambahan (arborencent) yang terletak pada insang bagian atas. (Mamani, 2004 )
Sebagaimana halnya ikan dari jenis lele, lele dumbo memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut lele dumbo relatif lebar, yaitu sekitar seperempat dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba saat bargerak atau mencari makan (Khairuman, 2005).
Insang ikan lele berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang (Najiyati, 1992) dan terdiri dari dua dinding berkantung tipis yang disatukan oleh tabung melintang (Jayaram, 1981 dalam Utomo, 2006), hal ini menyebabkan ikan lele kadang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen di perairan sehingga kekurangan ini dilengkapi oleh alat pernapasan tambahan pada lembar insang kedua dan keempat, merupakan modifikasi insang berbentuk seperti bunga karang disebut arborescent organ yang penuh dengan pembuluh darah kapiler.Arborescent organ memungkinkan ikan lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara sehingga mampu hidup diperairan yang kandungan oksigennya rendah (Susanto, 1989; Angka et al., 1990; Suyanto, 1992) maupun perairan yang kadar CO2 tinggi (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002). Organ pernapasan tambahan ini hanya berfungsi saat insang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen (Handojo et al., 1986 dalam Utomo, 2006). Pada kondisi lembab, ikan lele dapat tetap hidup di luar perairan (Susanto, 1989; Murhananto, 2002). Alat genital dekat anus tampak sebagai tonjolan. Pada ikan jantan tonjolan berbentuk lancip sedangkan pada ikan betina tonjolan relatif membundar (Angka et al., 1990). Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam. Ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk mendukung pertumbuhannya. Hal ini dimungkinkan oleh adanya kemampuan ikan tersebut untuk mengambil oksigen langsung dari udara melalui organ arborescent yang dimilikinya, sehingga pada perairan yang tidak mengalir, perairan yang kotor dan berlumpur dengan kandungan oksigen rendah, ikan lele masih bisa hidup (Soetomo, 1989; Suyanto, 1992)
Ikan lele dumbo merupakan hewan nokturnal, yakni hewan yang aktif mencari makan pada malam hari dan termasuk hewan karnivora karena pakan alaminya adalah kutu air (daphnia, cladosera, copepoda, chydorus, ceriodaphnia, moina, nauplius, rotaria), cacing, krustacea kecil, rotifera, jentik-jentik (larva serangga dan siput-siput kecil). Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele dumbo adalah air bersih yang berasal dari sungai, air hujan, dan air sumur dengan kisaran suhu 25-32 0C.  (Anonimus, 2007b). Kadar oksigen air yang dibutuhkan ikan lele dumbo berkisar antara 3 ppm. Namun, ketersediaan kadar oksigen tidak banyak berpengaruh karena ikan lele dumbo bisa mengambil oksigen langsung dari udara. Sementara itu, kandungan karbon dioksida (CO2) air harus di bawah 15 ppm, kandungan NH3 harus di bawah 0,05 ppm, kandungan NO2 sekitar 0,25 ppm, kandungan NO3 sekitar 250 ppm dan pH 6,5 – 8 (Khairuman dan Khairul, 2002).
2.2              Parasit dan Penyakit
Penyakit pada organisme perairan seperti halnya ikan mas  didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses kehidupan ikan sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).
Parasit merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Parasitisme adalah hubungan dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai habitat dan merupakan tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah lingkungan utama dari parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan keduanya (Kabata, 1985).
Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat ( Irianto, 2005).
Daelami (2002) mengatakan bahwa parasit ikan terdapat pada lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Ikan sebenarnya mempunyai daya tahan terhadap penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak diperlemah oleh berbagai sebab.
Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain. Parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Akan tetapi, selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat perhatian, parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu menimbulkan infeksi (Irawan, 2000).
Berdasarkan cara penyerangan, parasit dibedakan atas 2 golongan yaitu golongan ektoparasit (eksternal) dan endoparasit (internal), Ektoparasit adalah parasit yang menyerang bagian luar kulit,sisik,lender,dan insang. Sementara itu endoparasit adalah parasit yang menyerang bagian dalam Alifudin, (1996).
Untuk mengetahui tingkat infeksi parasit dalam populasi inang dikenal istilah prevalensi, intensitas dan kelimpahan parasit. Prevalensi menggambarkan persentase ikan yang terinfeksi oleh parasit tertentu dalam populasi ikan, intensitas rata-rata menggambarkan jumlah parasit tertentu yang ditemukan pada ikan yang diperiksa dan terinfeksi, sedangkan kelimpahan rata-rata adalah jumlah rata-rata parasit tertentu yang ditemukan dalam populasi pada ikan baik yang terinfeksi maupun tidak. Beberapa istilah yang berkaitan dengan inang parasit antara lain adalah inang definitive, inang antara, dan inang paratenik. Inang definitive adalah inang dimana parasit hidup, berkembang dan mampu bereproduksi. Inang antara biasanya meliputi inang antara I, inang antara II, atau bahkan inang antara III adalah inang dimana parasit mengalami perkembangan baik morphologi maupun physiology pada fase kehidupan tertentu tetapi tidak mencapai tahap dewasa. Parasit yang memiliki inang antara dalam siklus hidupnya terutama golongan helminth. Inang paratenik adalah inang dimana parasit hidup untuk sementara dan tidak mengalami perkembangan atau perubahan fase kehidupannya. Inang paratenik kemungkinan dapat diperlukan atau tidak dalam siklus hidup parasit, terutama berperan dalam menjembatani adanya hambatan ekologi (ecological barrier)(Hilal anshary.2008)

2.3       Jenis Parasit yang menginfeksi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
            Menurut sistematika penyebabnya, penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang disebabkan oleh Protozoa, Helminthes (cacing), dan Crustacea (udang-udangan).
2.3.1    Epistylis sp
Parasit yang terdapat pada insang ikan lele dumbo (C. gariepinus) yaitu Epistylis sp. Merupakan parasit yang umum di temukan pada perairan baik air tawar. Parasit ini biasanya menempel pada objek-objek yang terendam dalam air, seperti tumbuhan atau hewan air, bagian tubuh Epistylis yang menempel pada substrat adalah bagian batangnya, sel-sel epistylis berbentuk lonceng terbalik dan disekeliling peristomanya bercilia, selnya mempunyai makronukleus yang berbentuk seperti bulan sabit dan mikronucleus berbentuk bulat.
Adapun klasifikasi dari Epistylis sp yaitu sebagai berikut :
Kingdom               :   Chromalveolata
Superphylum         :   Alveolata
Phylum                  :   Ciliophora
Subphylum            :   Intramacronucleata
Class                      :   Oligohymenophorea
Subclass                :   Peritrichia
Ordo                      :   Peritrichida,
Family                   :   Epistylidae,
Genus                    :   Epistylis
Species                  :   Epistylis sp.
Menurut Hadiroseyani (1990), Epistylis sp. bersifat sesil yang menempel pada substrat seperti insang dan kulit ikan, hidup parasit ini berkoloni dan masing-masing individu dihubungkan dengan stalk yang dapat berkontraksi. Menurut Alifuddin (1993), parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk koloni dan tersusun pada tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat "non-contractile". berkembang biak dengan pembelahan. Sedangkan menurut Yuasa, dkk (2003), Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni yang berbentuk silinder tipis atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan nonkontraktil dengan panjang kira-kira 0,4-0,5 mikrometer. Gejala serangan parasit ini biasanya mengakibatkan ikan susah bernafas karena insangnya banyak tertutupi parasit ini kemudian pertumbuhan lambat dan kerusakan pada jaringan yang di serang/ ditempeli.
2.3.2    Trypanosoma sp
            Adapun klasifikasi dari parasit Trypanosoma sp menurut Hilal anshary (2014) adalah sebagai berikut:
Filum                      :       Sarcomastigophora
Sub filum               :       mastigophora
Klas                        :       Kinetoplastidea
Ordo                      :       kinetoplastida
Famili                     :       Trypanosomatidae
Genus                    :       Trypanosoma sp
            Trypanosoma adalah haemoflagellata dan biasanya memiliki flagellum bebas pada ujung bagian anterior. Parasit ini selalu menyebar lewat perantaraan lintah. Parasit tidak bersifat inang spesifik (Hilal anshary.2008), pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain, misalnya karena luka, sakit, stress dan sebagainya,Agus irawan (2004). Beberapa teori mengungkapkan pengaruh Trypanosoma sp pada inang. Teori pertama menyatakan bahwa Trypanosoma sp mempunyai metabolisme gkukosa yang tinggi, sehingga bila Trypanosoma sp mengambil glukosa inang maka terjadilah kematian inang karena terjadi hipoglikemia. Teori yang kedua kadar kalium di dalam serum meningkat pada tripanosomosis, tingginya kadar kalium pada plasma menyebabkan kerusakan pada eritrosit (Levine, 1995), Kordi (2004) menunjukkan gejala-gejala ikan kekurangan oksigen, gerakan ikan sangat lemah, dan kerusakan pada kulit dan perdarahan pada insang. Infeksi berat ditandai ketika ikan menderita anemia, insangnya pucat dan lembam. Pada ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali infeksi Trypanosoma sp menyebabkan ikan menderita anemia, hal ini menunjukkan bahwa Trypanosoma sp telah menginfeksi ikan lele dumbo cukup parah.  Menurut Moller dan Anders, (1986) Trypanosoma sp menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.
2.3.3 Bothriocephalus sp
            Adapun klasifikasi dari parasit Bothriocephalus sp menurut William and Ernest (1994) adalah sebagai berikut:
Kingdom  :
Phylum     :
Class         :
Order        :
Family      :
Genus       :
Bothriocephalus merupakan golongan Cestoda yaitu cacing pita endoparasit, tubuh berbentuk seperti pita, memiliki atau tidak memiliki segmen, panjangnya mencapai 5 – 70 mm, memiliki organ pelekatan pada bagian anterior yang disebut scolex yang dilengkapi dengan hook atau sucker. Salah satu cacing pita yang paling penting pada budidaya di daerah air hangat (warma water) adalah Pseudophyllidean Bothriocephalussp., dan Proteocephalus sp. Tanda-tanda klinis Ikan terinfeksi tampak lambat, tubuh kurus karena tidak makan. Parasit ini umumnya ditemukan pada bagian usus ikan. Parasit dapat menyebakan enteris hemorhage karena adanya kerusakan pada epithel usus. Tahap dewasa dapat menyebabkan gangguan proses penyerapan makanan dalam usus sehingga dapat mengurangi food intake. Kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. (Hilal anshary.2008) Parasit Cestoda pada ikan bisa didapatkan dalam bentuk dewasa misalnya Bothriocephalus mempunyai final host yaitu “flatfish” atau dalam larva dan mempunyai final host pada mamalia misalnya Diphylobothrium latum (Möler dan Anders 1986).
2.4              Kualitas Air
Menurut Najiyati (1992), lele dumbo termasuk ikan air tawar yang menyukai genangan air yang tidak tenang. Di sungai-sungai, ikan ini lebih banyak dijumpai di tempat-tempat yang aliran airnya tidak terlalu deras. Kondisi yang ideal bagi hidup lele dumbo adalah air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu 24–26 0C.
Lele dumbo mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air. Bila sudah dewasa, lele dumbo dapat beradaptasi pula pada lingkungan perairan yang mengalir. Kualitas air untuk budidaya ikan lele dumbo merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha budidaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air untuk kehidupan ikan lele dumbo antara lain suhu dan pH.


III.  METODOLOGI PENELITIAN

3.1.            Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014, di Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk, Kabupaten Banggai,  Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun sampel benih ikan Lele Dumbo yang digunakan berasal dari kolam Kampus II Universitas Muhamadiyah Luwuk.
3.2.            Alat dan Bahan
3.2.1    Alat
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian parasit yaitu dapat dilihat pada Tabel. 1 berikut ini:
            Tabel 1. Alat  yang diguanakan dalam penelitian parasit.
Nama Alat / bahan
Kegunaan
Jumlah
Mikroskop Listrik
Untuk mengamati parasit
1 buah
Objek dan deck glass
Untuk meletakkan preparet
secukupnya
Gunting
Untuk memotong organ
1 buah
Scalpel
Untuk membedah ikan
1 buah
Pinset
Untuk mengambil sampel
1 buah
Gunting bedah
Untung menggunting bagian
1 buah
Pipet tetes
Untuk mengambil air sampel
1 buah
Nampan
Tempat membedah sampel
1 buah
Timbangan
Untuk menimbang sampel
1 buah
Aquarium
Tempat menyimpan sampel
1 buah
Aerator
Pensuplai oksigen
3 buah
Penggaris
Mengukur panjang sampel
1 buah
Thermometer
Mengukur suhu air
1 buah
pH  Tester
Mengukur pH air
1 buah
Kaus tangan / handsum
Untuk steril dalam kerja
Seperlunya




















































    Bahan
Hewan uji yang akan digunakan untuk penelitian adalah sampel ikan lele dumbo berjumlah 30 ekor dengan ukuran  15 ± 0,5 cm yang diambil dari kolam budidaya ikan Kampus II Universitas Muhammadiyah Luwuk. Bahan lainnya adalah aquades sebagai pengencer sample dan air tawar.
3.3        Prosedur Penelitian
3.3.1 Tahap Persiapan
§  Mengambil sampel ikan di kolam budidaya ikan Kampus II Universitas Muhammadiyah Luwuk secara acak ( Random Sampling ).
§  Memasukkan sampel ikan ke dalam akuarium yang berisi air tawar dan diaerasi.
§  Melakukan analisis laboratorium terhadap sampel ikan di Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk Banggai.
3.3.2        Tahap Pelaksanaan
·      Melakukan pengamatan terhadap kelainan tingkah laku yang meliputi  : apakah ikan tersebut menuju ke permukaan air, menggosok – gosokkan tubuhnya pada benda yang ada di dalam aquarium, sering muncul di permukaan air untuk bernafas atau diam di dasar aquarium.
·      Mengambil satu persatu ikan sampel yang ada didalam aquarium untuk diukur berat dan panjangnya.
·      Mengamati secara morfologi masing – masing ikan meliputi  : kelainan bentuk tubuh ( Bengkok, sirip rusak, sungut putus, luka, bisul ), timbul warna tidak normal ( terang / gelap ), kehadiran lendir yang berlebihan pada insang juga pada tubuh.
·      Mengamati parasit pada ikan di bawah mikroskop  :
a)      Bagian luar tubuh dengan cara mengerok dari ke 6 bagian ( kepala sampai bagian ekor ) dan meletakkan pada objek glass.
b)     Pada insang dilakukan dengan cara menggunting tutup insang, kemudian dikeruk dan meletakkan pada objek glass.
c)      Pada organ – organ internal ikan seperti ginjal, jantung, dan usus dilakukan dengan cara membedah ikan dengan menggunakan pisau bedah dan gunting bedah, pengambilan sampel/preparat pada darah dan jantung dilakukan dengan cara mengisap menggunakan suntik/sirynk kemudian cairan dari dalam alat penyuntik dengan segera diteteskan pada objek glass. Pengambilan sampel/preparat pada usus dan ginjal dilakukan dengan cara menarik bagian ginjal dengan menggunakan pinset/ose kemudian digunting dan diletakkan pada objek glass.
d)     Semua sampel yang diamati di bawah dimikroskop terlebih dahulu ditetesi aguades.
e)      Melakukan identifikasi jenis parasit dengan menggunakan buku identifikasi.
·      Pengukuran parameter kualitas air berupa suhu,  O2 dan pH dilakukan pada saat pengambilan sampel ikan lele di kolam pemeliharaan ikan lele dumbo Kampus II Universitas Muhammadiyah Luwuk.
3.4              Analisi Data
Untuk menganalisis tingkat serangan parasit yang mengifeksi ikan lele dumbo di kolam budidaya ikan Kampus II Universitas Muhammadiyah Luwuk, semua data yang diperoleh dihimpun dalam bentuk tabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Data hasil penelitian berupa organisme penyakit parasit ikan lele dihitung dengan menggunakan rumus prevalensi/frekuensi kejadian dari organisme yang ditemukan sebagai berikut  : ( Mamani dkk, 2004 )  :
                          Jumlah ikan sampel yang terinfeksi
Prevelensi  =      --------------------------------------------- x 100 %
                          Total ikan sampel yang diperiksa


IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Identifikasi dan Deskripsi jenis Parasit
Berdasarkan Hasil pengamatan secara miskroskopis terhadap sampel ikan lele dumbo lokasi kolam kampus II Universitas Muhammadiyah Luwuk ditemukan jenis parasit Epistylis sp, Bothriocephalus sp.
4.1.1        Epistylis sp
            Hasil penelitian salah satu parasit yang ditemukan adalah Epistylis sp. Parasit ini banyak ditemukan pada insang sampel benih lele dumbo (C. gariepinus). Hal ini sesuai pendapat Gusrina (2008) bahwa Epistylis sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Kurnia (2010) mengemukakan bahwa Epistylis sp menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih.  
Parasit yang terdapat pada insang ikan lele dumbo (C. gariepinus) yaitu Epistylis sp. Merupakan parasit yang umum di temukan pada perairan baik air tawar. Parasit ini biasanya menempel pada objek-objek yang terendam dalam air, seperti tumbuhan atau hewan air, bagian tubuh Epistylis yang menempel pada substrat adalah bagian batangnya, sel-sel epistylis berbentuk lonceng terbalik dan disekeliling peristomanya bercilia, selnya mempunyai makronukleus yang berbentuk seperti bulan sabit dan mikronucleus berbentuk bulat. Menurut Hadiroseyani (1990), Epistylis sp. bersifat sesil yang menempel pada substrat seperti insang dan kulit ikan, hidup parasit ini berkoloni dan masing-masing individu dihubungkan dengan stalk yang dapat berkontraksi. Menurut Alifuddin (1993), parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk koloni dan tersusun pada tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat "non-contractile". berkembang biak dengan pembelahan. Sedangkan menurut Yuasa, dkk (2003), Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni yang berbentuk silinder tipis atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan nonkontraktil dengan panjang kira-kira 0,4-0,5 mikrometer. Gejala serangan parasit ini biasanya mengakibatkan ikan susah bernafas karena insangnya banyak tertutupi parasit ini kemudian pertumbuhan lambat dan kerusakan pada jaringan yang di serang/ ditempeli.
4.1.3        Bothriocephalus sp

Hasil penelitian salah satu parasit yang ditemukan adalah Bothriocephalus sp. Parasit ini banyak ditemukan pada insang sampel ikan lele dumbo (C. gariepinus).


4.2  Prevalensi infeksi parasit terhadap ikan lele dumbo
Data infeksi keseluruhan Masing-masing parasit pada Seluruh sampel lele dumbo yang diperiksa dapat dilihat pada Tabel  berikut.
Tabel.  Prevalensi parasit yang menginfeksi ikan lele dumbo kampus II UNISMUH

 No
Jenis Parasit
yang ditemukan

Jumlah Parasit
Prevalensi infeksi parasit
sampel ikan lele dumbo kampus II UNISMUH
Sisik & lendir
Insang
Usus


















Pada Tabel diatas dapat diketahui jenis parasit yang banyak menginfeksi ikan lele baik di permukaan tubuk melihat perbandingan prevalensi infeksi parasit yang menyerang ikan lele dumbo  dapat dilihat pada diagram

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan.
Penerbit kanisius. Yogyakarta.

Akbar. 2011. Budidaya Ikan Lele. Agromedia. Jakarta

Angka SL, I Mokoginta , H Hamid. 1990. Anatomi dan Histologi beberapa
                   IkanAir Tawar yang Dibudidayakan di Indonesia. Depdikbud, Dikti. IPB.
        Bogor. 212 hlm.

Anonimus. 2007.Beternak Lele Dumbo. Agromedia Pustaka: Jakarta

Daelami. 2002. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3.

Irawan, A.H.S.R. 2000. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan.CV.
Aneka . Solo.

Irawan.Agus.2004. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan.CV.
Aneka . Solo.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Universitas Terbuka Press.
Jakarta.

Kabata, Z. 1985. Parasires and diseases of fish cultured in the
tropics. Penerbit taylor dan prancis. London and Philadelphia.

Khairuman.2005. Hama dan Penyakit ikan.

Khairuman, Khairul A. 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif.
            Agromedia Pustaka: Jakarta.

Kurnia,DR.2010. Hama dan Penyakit ikan. Diakses dari http:// hama dan
            penyakit ikan dr Kurnia.wordpress.com/ pada tanggal 21 Agustus 2010

Mamani,M.Hamel,C.Vandame.P.A (2004) Ectoparacites
(Crustacea:Branchiura) of pseudoplatysthoma tigrinum (chuncuina) and P.fasciatum (surubi) in Bolivian White Water floodplains.ecoligia en Bolivia.Bolivia
Möler H and Anders A. 1986.  Diseases and parasites of marine fishes
Verlag Möler. 

Najiyati S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar
Swadaya,Jakarta. hlm 35-48.

Purbomartono, H. dan Djarijah, A. 2005. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air. Kanisius Yogyakarta.

Rustidja. 1997. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang

Sugianti, B. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dalam
Pengendalian Penyakit Ikan.Makalah Pribadi Falsafah Sains
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian. Bogor.

Susanto,Heru. Budidaya Ikan Di Pekarangan,ed revisi.2006.Penebar
Swadaya.Jakarta

Susanto H. 1989. Budidaya Ikan Lele. Kanisius, Jakarta. hlm 69-71.

Suyanto SR. 1992. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm 65-100.

Utomo SC. 2006. Efektivitas Aromatase Inhibitor melalui Perendaman pada
Larva Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. yang Berumur 0, 2 dan 4 Hari Setelah Menetas [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Puspowardoyo H, Djarijah AS. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele

Dumbo Hemat Air. Kanisius, Yogyakarta. hlm 59.

1 comments:

Unknown said...

sangat baik dan menambah pengetahuan baru buat yang awam.....tp klo boleh correct... tabelnya gak keliatan, jd tdk keliatan relevansinya terhadap gejala dan efek yang ditimbulkan oleh parasit tersebut.....tks..