Thursday, 24 February 2011

derajat infeksi Ektoparasit pada benih ikan mas


          Kabupaten Banggai dalam hal budidaya air tawar memiliki spesifikasi tersendiri khususnya dalam hal kesukaan terhadap ikan mas yang menjadi obyek budidaya.  Ikan mas (C. carpio. Linneus) merupakan salah satu jenis  ikan air tawar unggulan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Banggai. Dalam upaya pengembangan perikanan air tawar, maka ketersediaan benih ikan yang cukup dan berkualitas merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan bidang budidaya ikan.
 Budidaya ikan mas berkembang sangat pesat sejalan dengan permintaan terhadap ikan tersebut yang semakin meningkat. Pengembangan usaha budidaya ikan mas mempunyai prospek yang baik, karena ikan ini mempunyai nilai ekonomi penting, makin digemari masyarakat, rasanya gurih dan lezat, dagingnya mudah dicerna dan bergizi tinggi, harganya dipasar cukup tinggi, dan permintaan ikan yang cenderung terus meningkat (Rahmat rukmana, 2007).
 Didukung peluang pasar yang masih terbuka luas dan potensi budidaya yang besar sekarang ini telah digalakkan budidaya ikan mas di Indonesia namun. Jika berbicara masalah produksi yang terkait dengan budidaya, maka tidak dapat terlepas dari pembicaraan mengenai penyakit. Masalah penyakit tidak dapat diabaikan karena dapat menyebabkan kematian masal pada ikan. Pada intinya kesehatan ikan dapat menjadi terkontrol apabila semua aspek lingkungan telah terkontrol pula.
Timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan organisme atau agen penyebab penyakit (Afrianto & Liviawaty, 1992). Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah, akhirnya agen penyakit mudah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit. Hama penyakit ikan mudah tersebar dari satu Negara ke Negara lain di dunia atau wilayah ke wilayah di Indonesia kerena transportasi komoditi perairan untuk dibudidayakan atau untuk keperluan konsumsi. Seperti diketahui penyakit ikan merupakan masalah yang serius yang harus dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan (Trimariani. dkk. 2006).
Berdasarkan pemikiran diatas maka perlu diadakan penelitian tentang Derajat Infeksi Ektoparasit pada benih Ikan mas (C. carpio. Linneus).
1.1        Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari tentang derajat infeksi ektoparasit pada benih Ikan mas (C. carpio. Linneus). Adapun kegunaan Penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada para pembudidaya ikan mas dan dasar kebijakan bagi pemerintah daerah dalam perencanaan program-program pembangunan (sub sektor perikanan budidaya) dalam upaya peningkatan pendapatan pembudidaya Ikan mas.
II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Taksonomi dan Morfologi Ikan Mas
             Klasifikasi ikan mas menurut Bachtiar dkk, (2002) adalah sebagai berikut:
         Filum                  : Chordata
         Klas                    : Vertebrata
         Sub Klas                        : Pisces
         Super Ordo        : Osteichthyes
         Ordo                  : Cypriniformes
         Sub Ordo           : Cyprinoidae
         Famili                 : Penaedea
         Genus                             : Cyprinus
         Species               : Cyprinus carpio.Linneus
            Menurut Bachtiar dkk (2002), dilihat dari morfologi atau bentuk tubuhnya ikan mas memiliki ciri-ciri sebagai berikut bentuk badan memanjang dan sedikit pipih ke samping, mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protektil) serta dihiasi dua pasang sungut. Selain itu di dalam mulut terdapat gigi kerongkongan, dua pasang sungut ikan mas terletak di bibir bagian atas tetapi kadang-kadang satu pasang sungut rudimentee atau tidak berfungsi, gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) terdiri atas tiga baris yang berbentuk geraham, memiliki sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di bagian permukaan tubuh, berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral) bagian belakang sirip punggung memiliki jari-jari keras sedangkan bagian akhir berbentuk gerigi, sirip dubur (anal) bagian belakang juga memiliki jari-jari keras dengan bagian akhir bebrbentuk gerigi seperti halnya sirip punggung, sirip ekor berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan, gurat sisik atau garis rusuk (linea lateralis) ikan mas berada di pertengahan badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor. Morfologi ikan mas dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:


                                                  


Gambar 1. Morfologi ikan mas

2.2.    Parasit dan Penyakit
Penyakit pada organisme perairan seperti halnya ikan mas  didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses kehidupan ikan sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).
Parasit merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Parasitisme adalah hubungan dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai habitat dan merupakan tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah lingkungan utama dari parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan keduanya (Kabata, 1985).
Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat ( Irianto, 2005).
Daelami (2002) mengatakan bahwa parasit ikan terdapat pada lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Ikan sebenarnya mempunyai daya tahan terhadap penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak diperlemah oleh berbagai sebab.
Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain. Parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Akan tetapi, selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat perhatian, parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu menimbulkan infeksi (Irawan, 2000).
Berdasarkan cara penyerangan, parasit dibedakan atas 2 golongan yaitu golongan ektoparasit (eksternal) dan endoparasit (internal), Ektoparasit adalah parasit yang menyerang bagian luar kulit,sisik,lender,dan insang. Sement ara itu endoparasit adalah parasit yang menyerang bagian dalam Alifudin, (1996).
2.3     Jenis Parasit yang menginfeksi Ikan Mas (C. carpio.Linneus)
          Menurut sistematika penyebabnya, penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang disebabkan oleh Protozoa, Helminthes (cacing), dan Crustacea (udang-udangan), (Budi sugianti, 2005). Adapun Jenis parasit Ikan mas antara lain sebagai berikut:
2.3.1    Dactylogyrus sp
Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut (Gusrina, 2008) Menurut Kurnia (2010) Dactylogyrus sp menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih.

Adapun klasifikasi dari parasit Dactylogyrus sp menurut Gusrina (2008) adalah sebagai berikut:
Filum               : Vermes
Sub filum        : Platyhelminthes
Klas                 : Trematoda
Ordo                : Monogenea
Famili               : Dactylogyridae
Sub famili        : Dactylogyrinae
Genus                    : Dactylogyrus 
          Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Parasit cacing ini hidup tanpa inang antara (intermediate host), sehingga seluruh hidupnya berfungsi sebagai parasit. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior sucker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx (Gusrina, 2008).
Irawan (2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi selanjutnya Gusrina, (2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus sp pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Dactylogyrus sp sering menyerang ikan di kolam yang kepadatannya tinggi dan ikan-ikan yang kurang makan lebih sering terserang parasit ini dibanding yang kecukupan pakan. Irawan (2004). Parasit cacing ini termasuk parasit yang perlu diperhatikan, karena secara nyata dapat merusak filament insang, dan relatif lebih sulit dikendalikan (Budi sugianti, 2005) dan penyakit ini sangat berbahaya karena biasanya menyerang ikan bersamaan dengan parasit lain (Irawan, 2004).
Sebagai langkah pencegahan adalah dengan memberi pakan yang bergizi tinggi. Kepadatan dikurangi, dan sirkulasi air harus berjalan lancar, untuk ikan yang terlanjur sakit bisa diobati dengan larutan formalin 100-200 ppm, sedangkan untuk ikan yang sudah terlanjur parah sebaiknya disingkirkan dan dibakar agar tidak menulari ikan lain yang sehat (Irawan, 2004).

2.3.2    Trichodina sp
Menurut Afrianto dan Liviawati (1992) mengemukakan bahwa Protozoa yang menyerang ikan mas dan nila adalah Trichodina sp, Penyakitnya disebut Trichodiniasis. Trichodiniasis merupakan penyakit parasit pada larva dan ikan kecil yang disebabkan oleh ektoparasit Trichodina. Selanjutnya menurut Budi Sugianti (2005), Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan daya kebal tubuh ikan dan terjadinya infeksi sekunder.
Adapun klasifikasi dari parasit Trichodina sp menurut Kabata (1985) adalah sebagai berikut:
Filum          : Protozoa
Sub filum   : Ciliophora
Klas            : Ciliata
Ordo          : Petrichida
Sub ordo    : Mobilina
Famili         : Trichodinidae
Sub famili  : Trichodininae
Genus           : Trichodina   
Trichodina sp tubuhnya berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi rambut getar (marginal dan lateral cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran tubuh bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh ikan atau benda-benda lainnya, Noga (1995) dalam Laporan Pemantauan HPIK (2007).
Trichodina sp adalah parasit yang menyerang hampir semua spesis ikan tawar, dan termasuk salah satu parasit yang kosmopolit karna ditemukan hampir diseluruh perairan, susanto (2000) dalam Laporan Pemantauan HPIK Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk Banggai (2007), menurut Agus irawan (2004) pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain, misalnya karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini sebagai infeksi sekunder, ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang terutama kepala dan punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat.
Menurut Noga(1995) dalam Laporan Pemantauan HPIK Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk Banggai (2007) Perlakuan yang diberikan untuk ikan yang terinfeksi Trichodiniasis adalah dengan perendaman dengan garam atau asam asetat untuk ikan air tawar sedangkan ikan air laut dengan perendaman air tawar, dapat juga menggunakan formalin dengan kosentrsi tertentu    
2.3.3    Argulus sp
Argulus sp biasanya menempel pada kulit  atau sirip ikan (Irawan, 2004). Argulus sp termasuk parasit yang suka menyerang ikan gurami, ikan mas dan lele (Heru susanto, 2006). Argulus sp merupakan ektoparasit yang kasat mata atau dapat dilihat tanpa melalui mikroskop namun ukurannya kecil.
Parasit Argulus sp menyebabkan penyakit Argulosis, sifat parasit cenderung temporer yaitu mencari inang secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya (Purwakusuma, 2007). Menurut Prasetya dkk. (2004) serangan parasit pada ikan-ikan mudah yang biasanya berukuran kecil karena belum berkembangnya system pertahanan tubuh. Afrianto dan Liviawati (1995), mengemukakan bahwa selain menginfeksi ikan Argulus sp juga berperan sebagi vector bagi virus atau bakteri yang menyebabkan penyakit pada ikan.
Adapun klasifikasi Argulus sp menurut Poly (2008)adalah sebagai berikut:
Filum               : Arthopoda
Sub filum        : Crutacea
Klas                 : Maxillopoda
Sub klas           : Branchiura
Ordo                : Arguloida
Famili               : Argulidae
Genus                    : Argulus sp  
Bentuk tubuh Argulus sp berbentuk oval atau bulat pipih tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu Cephalothorax, thorax, dan abdomen, ciri utama yang menonjol pada argulus sp adalah adanya sucker yang besar pada ventral, sucker merupakan modifikasi maxillae pertama dan berfungsi sebagai organ penempel utama pada Argulus sp, selain itu terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari inang. (Walker, 2005).
Ikan yang terserang Argulus sp tubuhya menjadi kurus, gerakannya sangat lemah, bekas gigitan terlihat berwarna kemerahan. pencegahan melakukan penjemuran kolam sampai beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Sedangkan parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Pengendalian bisa dilakukan menggunakan larutan garam (NaCl) atau garam Amoniak (Irawan, 2004).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1          Jenis-jenis Parasit
Hasil pengamatan ditemukan beberapa jenis parasit yaitu Dactylogyrus sp, Trichodina sp, dan Argulus sp yang menginfeksi benih ikan mas BBI Hunduhon. disajikan pada Lampiran 1.
4.1.1        Dactylogyrus sp
Dari hasil penelitian salah satu parasit yang ditemukan adalah Dactylogyrus sp. Parasit ini banyak ditemukan pada insang sampel benih ikan mas (Cyprinus carpio. Linneus). Hal ini sesuai pendapat Gusrina (2008) bahwa Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Kurnia (2010) mengemukakan bahwa Dactylogyrus sp menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih. Parasit Dactylogyrus sp dapat dilihat pada Gambar 4. 
Hasil pengamatan morfologi dan tingkah laku ikan mas ditemukan warna kulit pucat, tutup insang selalu terbuka, sering menggosokan tubuh ke dasar aquarium dan insang ikan mengalami kerusakan atau gripers, terdapat bintik-bintik putih pada insang dan tubuh banyak lendir , Irawan (2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi, selanjutnya Gusrina (2008), mengemukakan bahwa gejala infeksi Dactylogyrus sp pada ikan antara lain: pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.
Hasil pengamatan di lapangan penyerangan parasit Dactylogyrus sp diduga karena kepadatan ikan dikolam yang tinggi, fluktuasi kualitas air karena perubahan musim yang mengakibatkan ikan menjadi stress dan kurangnya pakan yang diberikan, Irawan (2004) mengemukakan bahwa Dactylogyrus sp sering menyerang ikan di kolam yang kepadatannya tinggi dan ikan-ikan yang kurang makan lebih sering terserang parasit ini dibanding yang kecukupan pakan.
Dalam penelitian ditemukan jenis parasit lain yang menginfeksi bersamaan dengan infeksi Dactylogyrus sp dapat dilihat pada Lampiran 1, sesuai pendapat Irawan (2004), penyakit ini sangat berbahaya karena biasanya menyerang ikan bersamaan dengan parasit lain.


4.1.1        Trichodina sp
Dari Hasil penelitian parasit Trichodina sp ditemukan menginfeksi sampel benih ikan mas pada bagian insang, sisik dan lendir sesuai pendapat (Afrianto dan Liviawati, 1992) Protozoa yang menyerang ikan mas dan nila adalah Trichodina sp, Penyakitnya disebut Trichodiniasis.
Trichodina sp tubuhnya berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi rambut getar (marginal dan lateral cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran tubuh bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh ikan atau benda-benda lainnya (Noga, 1995). Trichodina sp dilihat pada gambar 5.
Hasil pengamatan tingkah laku dan morfologi ditemukan ikan mas banyak mengeluarkan lendir, terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh, adanya pendarahan pada bagian sirip dan tubuh ikan. Sesuai dengan pendapat Irawan (2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang terutama kepala dan punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat.
Pada hasil pengamatan penyerangan Trichodina sp diduga, karena kepadatan ikan dikolam yang tinggi sehingga proses  pergesekan antar ikan yang terinfeksi terjadi, ikan mengalami stress akibat fluktuasi kualitas air karena perubahan musim dan pemberian pakan yang kurang atau tidak optimal. Disamping itu pada hasil pemeriksaan parasit, ikan mas yang terserang Trichodina sp telah terserang parasit lain sesuai pendapat Agus irawan (2004) bahwa pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain, misalnya karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini sebagai infeksi sekunder.
4.1.3        Argulus sp
Argulus sp ditemukan pada bagian sirip ekor dan punggung benih ikan mas, Irawan (2004) mengemukakan bahwa Argulus sp biasanya menempel pada kulit  atau sirip ikan.  Argulus sp termasuk parasit yang suka menyerang ikan gurami, ikan mas dan lele (Heru susanto, 2006). Argulus sp merupakan ektoparasit yang kasat mata atau dapat dilihat tanpa melalui mikroskop namun ukurannya kecil. Argulus sp dapat dilihat pada gambar6. 
Hasil pengamatan Morfologi dan tingkah laku ikan mas terserang Argulus sp gerakannya lambat, terdapat bekas gigitan berwarna kemerahan dan grepes pada bagian sirip. Irawan (2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang Argulus sp tubuhya menjadi kurus, gerakannya sangat lemah, bekas gigitan terlihat berwarna kemerahan. Penyerangan Argulus sp pada ikan mas diduga karena kualitas air yang berfluaktif sehingga memungkinkan dalam pemasukan dan penambahan air dikolam mengandung Argulus sp dan didalam kolam terjadi pergesekan antar kulit yang terinfeksi.
4.2         Derajat Infeksi Parasit
4.2.1        Derajat infeksi Parasit Dactylogyrus sp
Masing-masing jenis Parasit yang ditemukan menginfeksi benih ikan Mas BBI Hunduhon kemudian dihitung jumlahnya untuk mengetahui derajat infeksi parasit pada ikan mas, data infeksi parasit dactylogyrus sp dapat dilihat pada tabel 2 dan Gambar 7 berikut.
Tabel 2.  Derajat Infeksi parasit Dactylogyrus sp yang menginfeksi ikan mas di  BBI Hunduhon Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai
Organ
Minggu ke
1
2
3
4
Sisik & Lendir
6,71 %
1,61 %
2,25 %
1
Insang
3,6 %
2,25%
7,25 %
2,9%
Sirip
-
-
-
-




Gambar  7.  Histogram Derajat infeksi Dactylogyrus sp pada
                organ yang diperiksa


Pada Tabel 2 dan histogram di atas dapat diketahui jenis parasit Dactylogyrus sp hanya menginfeksi bagian insang, sisik & lendir benih ikan mas (C. carpio. Linneus), Pada diagram dapat dilihat fluktuasi derajat infeksi dimana derajat infeksi Dactylogyrus sp bagian insang sampel minggu ke 4 adalah yang paling tinggi serangannya yaitu 7,25% parasit, perbedaan derajat infeksi Dactylogyrus sp diduga karena Fluktuasi kualitas air yang terjadi karena adanya perubahan musim.



4.2.2    Derajat Infeksi Trichodina sp
       Data infeksi parasit Trichodina sp dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 8 berikut.
Tabel 3. Derajat Infeksi parasit Trichodina sp yang menginfeksi ikan mas di BBI Hunduhon Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai
Organ
Minggu ke
1
2
3
4
Sisik & Lendir
4,5 %
1,5 %
27,2 %
8,4 %
Insang
3,83 %
1,33 %
3,25 %
4,16 %
Sirip
-
-
-
-













Gambar 8.  Histogram Derajat infeksi Trichodina sp pada
     organ yang diperiksa

Pada Tabel 3 dan histogram di atas dapat menunjukkan bahwa jenis parasit Trichodina sp, menginfeksi bagian insang, sisik & lendir benih ikan mas (C.carpio.Linneus), dan derajat infeksi Trichodina sp yang paling tinggi yaitu pada bagian sisik dan lendir dan pada  pemeriksaan/pengambilan sampel minggu ketiga yaitu 27,2% parasit.


4.2.3 Derajat Infeksi Argulus sp
Data infeksi parasit Argulus sp dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 9 berikut.
Tabel 4.  Derajat Infeksi parasit Argulus sp yang menginfeksi ikan mas
Organ
Minggu ke
1
2
3
4
Sisik & Lendir
-
-
-
-
Insang
-
-
-
-
Sirip
2
1
1,6
-




         








Gambar  9. Histgram Derajat infeksi Argulus sp pada
                                                        organ yang diperiksa.


Pada Tabel 4 dan histogram di atas dapat menunjukkan bahwa jenis parasit Argulus sp, hanya menginfeksi bagian sirip ikan mas (C carpio. Linneus), dan derajat infeksi Argulus sp yang paling tinggi yaitu pada minggu pertama yaitu 2% parasit, namun tak berbeda jauh dengan serangan parasit pada sampel kedua dan ketiga yaitu 1 dan 1,6% parasit. Serangan parasit ini masih dalam kategori rendah namun dapat berdampak kematian pada ikan mas yang diserangnya.
4.3         Perbandingan Derajat Infeksi Parasit
Data infeksi keseluruhan Masing-masing parasit pada Seluruh benih Ikan mas yang diperiksa dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5.  Derajat Infeksi keseluruhan Ektoparasit yang menginfeksi benih ikan mas di BBI  Hunduhon Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai

 No
Jenis Parasit
yang ditemukan
Derajat infeksi parasit
sampel ikan mas BBI Hunduhon
Sisik & lendir
Insang
sirip
1.
Dactylogyrus sp
2,6%
3,53%
-
2.
Trichodina sp
15,65%
3,32%
-
3.
Argulus sp
-
-
1,6%

Pada Tabel 5 diatas dapat diketahui jenis parasit yang banyak menginfeksi ikan mas baik di permukaan tubuh yaitu sisik, lendir dan sirip maupun insang adalah parasit Dactylogyrus sp dan Trichodina sp untuk membandingkan derajat infeksi parasit yang menyerang ikan mas BBI Hunduhon dapat dilihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar  10. Histogram Perbandingan Derajat Infeksi
    pada tiap jenis parasit.

Gambar histogram di atas menunjukkan bahwa parasit yang paling banyak menginfeksi benih ikan mas di BBI Hunduhon adalah Trichodina sp pada bagian sisik dan lendir yaitu 15,65% parasit sedangkan pada bagian insang paling banyak menyerang adalah parasit Dactylogyrus sp yaitu 3,53% parasit.
Serangan parasit Trichodina sp pada bagian sisik dan lendir lebih tinggi dibanding pada bagian insang, hal ini kemungkinan terjadi karena kepadatan ikan mas relatif tinggi sehingga proses persinggungan atau pergesekan kulit ikan yang terinfeksi lebih banyak terjadi. Selain itu Trichodina sp tumbuh dengan baik pada kolam dangkal dan menggenang terutama pada tempat pemijahan dan pembibitan (Rokhmani, 2002). Derajat Infeksi Trichodina sp lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan kematian bagi ikan mas. Sugianti (2005) mengemukakan bahwa kematian yang disebabkan Trichodina sp  terjadi karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan, dan akhirnya kelelahan (exhausted). Kematian biasanya terjadi akibat terganggunya sistim pertukaran oksigen (pernafasan), karena dinding flamella insang dipenuhi oleh lendir.
Parasit Dactylogyrus sp ditemukan lebih banyak menginfeksi bagian insang yaitu 3,53% parasit dibanding bagian sisik dan lendir yaitu 2,6% parasit. Bunkley dan Ernest (1994) dalam Talunga, (2007) mengemukakan bahwa Dactylogyrus sp paling banyak menyerang pada bagian filament insang sehingga mengakibatkan rusaknya insang dengan produksi lendir yang berlebih dan ini akan mengganggu pertukaran gas oleh insang. Selanjutnya Gusrina (2008) mengemukakan bahwa Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Insang merupakan organ penting yang sangat dibutuhkan oleh organisme perairan sebab insang merupakan organ primer untuk pertukaran gas-gas juga berperan dalam proses osmoregulasi. Fujaya (1999) mengemukakan bahwa insang pada organisme perairan sangat dibutuhkan dalam mempertahankan kondisi tubuh dengan lingkungan agar tetap seimbang untuk mempertahankan diri dari lingkungan.
Argulus sp hanya ditemukan pada bagian sirip (ekor dan punggung) yaitu 1,6 % parasit sesuai dengan pendapat Agus irawan (2004) bahwa Argulus sp biasanya menempel pada kulit atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya dapat menimbulkan infeksi yang disebabkan bakteri dan jamur. Infeksi pada kulit memungkinkan Argulus sp untuk meluncur dan menempel dipermukaan kulit mencari tempat yang sesuai tempat makan diantaranya pada bagian kulit yang paling tipis dan jumlah sisik yang sedikit (Carvalvho dkk, 2004).
Serangan Argulus sp pada ikan mas berdampak terhadap pertumbuhan ikan mas di mana tubuh ikan menjadi kurus, pergerakannya lambat dan sirip ikan menjadi grepes, Menurut Walker (2005), Efek Argulus sp terhadap inang tergantung pada derajat infeksi dan ukuran inang, dan 1 atau 2 parasit sangat berdampak nyata pada ikan juvenile (5,2-5,7cm). Kabata (1985), mengemukakan bahwa terjadinya kematian ikan semata-mata hanya karena luka yang disebabkan oleh cara parasit ini menancapkan pengisapnya ke tubuh ikan, dan aktifitas makan parasit.


V.  KESIMPULAN DAN SARAN

5.1     Kesimpulan
          Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Jenis Parasit yang ditemukan menginfeksi ikan mas (C. carpio. Linneus) adalah Parasit Dactylogyrus sp, Trichodina sp dan Argulus sp.
2.      Derajat Infeksi Parasit yang paling tinggi di BBI Hunduhon adalah Trichodina sp yaitu 15,65% parasit yang menginfeksi bagian sisik dan lendir, dan 3,53% Dactylogyrus sp merupakan parasit yang lebih tinggi menginfeksi bagian insang.
3.      Derajat infeksi terendah adalah Argulus sp yaitu 1,6%,  jenis parasit kasat mata yang menginfeksi bagian kulit atau sirip ikan mas (C. carpio. Linneus)
5.2     Saran
          Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan obat atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit parasit.




DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan.
Penerbit kanisius. Yogyakarta.

A.Indriati.2006.Identifikasi dan diagnosa Trichodina sp dan
dactylogyrus sp pada ikan mas di Stasiun Karantina Ikan Kelas
II Luwuk.Fakultas perikanan Unismuh Luwuk.

A.Nunun.2008.Identifikasi Bakteri Pada Ikan mas di BBI Toili
Kecamatan Toili Kabupaten Banggai.Fakultas Perikanan Unismuh Luwuk.

Anshary, H. 2004. Modul praktikum Parasitology ikan. Program Studi
Budidaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. http://a177bi.blogspot.com/ Studi microhabitat parasit Monogenea
pada insang Lele dumbo. Pada tanggal 20 Agustus 2010

Bachtiar.2002.Pembesaran ikan mas dikolam pekarangan.Agromedia
Pustaka.Jakarta.

Calvalvho,L.N.,Del claro.k.,Takemoto.R.M,.(2003) Host Parasite
Interaction Between Branchiurans Crustacea;Argulidae) and Piranhas (osteichthies;serasalminae) in the pantanal wetland of Brazil,environmental Biology of fishes, 67:289-296. Diakses http://fisika.brawijaya.ac.id/bssub/proceeding/PDF%20FILES/BSS_203_1.pdf. Pada Tanggal 21 Agustus 2010.

Daelami. 2002. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar http://a177bi.blogspot.com/ Studi microhabitat parasit Monogenea
pada insang Lele dumbo. Pada tanggal 20 Agustus 2010

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3. Diakses dari

Irawan, A.H.S.R. 2000. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan.CV.
Aneka . Solo.
Irawan.Agus.2004. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan.CV.
Aneka . Solo.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Universitas Terbuka Press.
Jakarta.

Kabata, Z. 1985. Parasires and diseases of fish cultured in the
tropics. Penerbit taylor dan prancis. London and Philadelphia.

Kurnia,DR.2010. Hama dan Penyakit ikan. Diakses dari http:// hama dan
            penyakit ikan dr Kurnia.wordpress.com/ pada tanggal 21 Agustus 2010
Lamolo,Muliana. Metode Pemeriksaan Parasit Ikan pada Laboratorium
Uji Stasiun Karantina Ikan Kelas II Luwuk Banggai. Fakultas
Perikanan Unismuh Luwuk.

Mamani,M.Hamel,C.Vandame.P.A (2004) Ectoparacites
(Crustacea:Branchiura) of pseudoplatysthoma tigrinum (chuncuina) and P.fasciatum (surubi) in Bolivian White Water floodplains.ecoligia en Bolivia.Bolivia Diakses dari http://fisika.brawijaya.ac.id/bssub/proceeding/PDF%20FILES/BSS_203_1.pdf. Pada Tanggal 21 Agustus 2010.

Manoppo, H. 1995. Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan,
Unsrat-Manado.Rukmana.R.2005.Ikan Mas Pembenihan dan Pembesaran.penerbit Aneka Ilmu.Semarang.
Poly, W. J. 2008. Global diversity of fishlike (crustacean: Branchiura:
Argulidae) in Fresh water. Hydribiologia 595(1):  209-212

Prasetya, D, Rokhmani, Subadrah. 2004. Kekayaan Jenis Ektoparasit
yang menyerang ikan Gurami (Osphernomus Gouramy. Lac)
Tahap Pendederan I dan II dengan pemeliharaan secara
Tradisional Prosiding seminar IV penyakit ikan dan udang,Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar, Pusat penelitian dan
pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.Bogor

Purwakusuma,W.2007.Argulus. Diakses dari http:// O-fish.com/Argulus
tanggal 21 Agustus 2010

Rukmana,R.2004.Ikan Mas Pembenihan dan Pembesaran.Aneka Ilmu.
 Semarang

Rokhmani,dkk.2004.Prevalensi penyakit parasit pada beberapa benih
ikan yang dipasarkan di tempat pelelangan ikan Kembaran Purbalingga.Prosiding seminar nasional IV.Penyakit Ikan dan Udang,Balai Penelitian Ikan air tawar.Purwokerto.

Rokhmani, 2002. Beberapa Parasit pada Budidaya Ikan Gurami di
                        Kabupaten Banyumas. Sains Akuatik. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan UMP : 16-21 ha.

Sugianti, B. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dalam
Pengendalian Penyakit Ikan.Makalah Pribadi Falsafah Sains
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian. Bogor.Diakses dari http://
rudyct.com/../budi_sugianti.pdf Pada tanggal 20 Agustus 2010

Susanto,Heru. Budidaya Ikan Di Pekarangan,ed revisi.2006.Penebar
Swadaya.Jakarta

Talunga, J. 2007. Tingkat Infeksi dan Patologi Parasit Monogenea
(Cleiododiscus sp) pada Insang Benih Ikan Patin (Pangasius
pangasius). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Diakses dari
http://a177bi.blogspot.com/ Studi microhabitat parasit Monogenea
pada insang Lele dumbo. Pada tanggal 20 Agustus 2010

Trimariani, Agnes.G.dr.Metode Standar Pemeriksaan Parasit.

Walker, Peter. 2005. Problematic parasites,Department Animal Of
Ecology and Echophysiology Redboud University
Nijmegen.Netherlands http://fisika.brawijaya.
ac.id/bssub/proceeding/PDF%20FILES/BSS_203_1.pdf. Pada
Tanggal 21 Agustus 2010.

                  .2007.Laporan Pemantauan HPIK Stasiun Karantina Kelas
II. Luwuk Banggai
.


2 comments:

ulya said...

mba, saya mau tanya.
kalau pertahanan diri pada ikan air tawar bagaimana ya mba??
mekanisme pertahanannya seperti apa?
lalu contoh ikannya apa saja..
dimohon jawaban secepatnya mba.. terimakasih sebelumnnya.

Anonymous said...

pertahanan diri maksudnya dri gangguan predator ato semacamnya? atau dri penyakit? klu dilihat dri tulisan diatas tentang penyakit jdi mgkin lebih utama sy jelaskan masalah penyakit yah..
menuurut yg sy ketahui sistem pertahanan tubuh menjadi dua yaitu pertahanan seluler(primer) dan humoral.sistem pertahanan primer berkaitan dengan disekresikannya mukus oleh sel mukus yang terdapat di jaringan epitel pada permukaan kulit insang dan usus ikan..