Tuesday, 1 March 2011

PENANGANAN PENYAKIT VIRUS KHV (Koi Herpes Virus)


PENDAHULUAN
Ikan mas merupakan komoditas utama budidaya ikan air tawar yang memberikan sumbangan besar bagi pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Sedangkan koi merupakan komoditas ikan hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sejak awal tahun 2002 kedua jenis ikan tersebut terserang penyakit Koi Herpes Virus (KHV), akibat masuknya ikan Koi import pembawa virus KHV, sehingga terjadi wabah KHV pada ikan Koi dan ikan mas yang menyebar ke seluruh sentra budidaya ikan mas dan ikan koi, dengan kerugian ekonomi yang sangat besar. Akibatnya aktifitas perdagangan ikan hidup dari satu daerah ke daerah lain terganggu.
Puluhan atau bahkan ratusan kasus kematian ikan mas dan koi akibat infeksi KHV tersebut hingga saat ini, sangat meresahkan pembudidaya kedua jenis ikan tersebut, termasuk pelaku usaha lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan seperti pembentukan posko penanggulangan wabah, sarasehan, pelatihan daerah terinfeksi dengan Surat Keputusan Menteri Departemen Kelautan dan Perikanan   nomor 28 dan 40 tahun 2002.
Dengan demikian Petunjuk Pengendalian tentang KHV sangat dibutuhkan sebagai acuan dan upaya antisipasi serta pengendalian dini terhadap kasus KHV.
DIAGNOSIS
Diagnosis Penyakit KHV dapat dilakukan melalui pendekatan :
  1. Gejala klinis
  2. Diagnosis Laboratoris
a/d. 1. Gejala Klinis
            Tanda-tanda ikan yang terserang KHV :
1 Gerakannya tidak terkontrol
2 Megap-megap
3 Nafsu makan menurun
4 Kulit melepuh
5 Insang geripis pada ujung Lamella kemudian membusuk
6 Terjadi kematian massal dalam 1-5 hari.
a/d. 2. Diagnosis Laboratoris
1.    Isolasi virus
2. Identifikasi melalui Bioassay, histopatologi Mikroakop electron, PCR (Polymerase Chain Reaction)
Bioassay
Teknik Diagnosis ini, selain dapat mengetahui patogen utama juga dapat diperoleh informasi beberapa sifat biologis diperoleh informasi beberapa sifat biologis patogen anatara lain :
a. Mekanisme transmisi secara horizontal,
b. Virulensi dan masa inkubasi,
c. Inang spesifik dan non spesifik.
PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL
A.    Teknik Pengambilan Sampel
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel ikan untuk diagnosis
1. Bahan fiksasi (pengawet)
2.  Peralatan sampling
3.  Cara sampling
4.  Organ sampel
Ad.   1. Fiksasi (Pengawetan Sampel)
         Adalah proses pengawetan sampel menggunakan bahan pengawet agar material yang kita ambil dapat di diagnosis dengan teknik PCR
    Prinsip pemilihan jenis pengawet :
1.  Mudah dalam hal penanganan penyimpanan dan transportasi.
2.  Tidak mengurangi sensitifikasi diagnosis.
3.   Mudah di dapat dan relatif murah
Ada 2 cara pengawetan :
1. Pengawetan dalam larutan alkohol 70 % dengan perbandingan  volume sampel dibanding pengawet  1 : 10
2.   Pembukuan dalam suhu dibawah -20o C.
Ad.   2. Peralatan Sampling
               Peralatan yang digunakan adalah botol sampel dan alat bedah yang didesinfeksi terlebih dahulu.
               Proses desifikasi alat bedah  dimulai :
1.   Membersihkan peralatan dengan kertas tissue.
2.   Dibelas dengan Aquades.
3.   Desinfeksi dengan alkohol 70%
4.   Pemanasan dengan api bunsen. 
Ad.   3. Cara sampling.
1.   Memperhatikan jenis dan jumlah sampel
2.   Dapat diambil dari benih, induk, ikan dewasa
3.   Sampel benih berupa tubuh secara utuh sedang ikan dewasa dan induk berupa insang/ daging.
4.   Minimal sampel yang diambil tergantung tingkat prevalensi ikan yang terinfeksi KHV.
5.   Sampel benih 150 ekor yang diambil dari 100.000 ekor
6.   Sampel induk diambil irisan insang tanpa mematikan induk.

B.    Teknik Pengiriman sampel
1.  Sampel ikan yang telah dikumpulkan dan diawetkan dengan alkohol 70% perlu segera dikirim ke laboratorium terdekat yang mampu melakukan diagnosis penyakit KHV dengan teknik PCR.
2.  Sampel harus dikemas sebaik mungkin sehingga tidak cocok selama pengiriman.
TEKNIK PENGENDALIAN
Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi yang kompleks anatara 3 ( tiga ) komponen dalam ekosistem perairan yaitu :
1.     Ikan yang lemah
2.     Kualitas lingkungan yang buruk
3.     Patogen yang ganas
Maka strategi mangemen kesehatan ikan harus difokuskan pada upaya pembenahan ke komponen tersebut antara lain :
1. Penyediaan benih bermutu
2. Eradikasi patogen
3. Pengelolaan Lingkungan Budidaya
Ad/1.      Penyediaan Benih
1.      Penyediaan benih untuk daerah yang masih bebas KHV harus diambilkan dari daerah yang masih bebas KHV.
2.        Penyediaan Benih untuk daerah yang telah terinfeksi KHV diambilkan benih yang dihasilkan dari induk yang selamat pada waktu terjadi wabah, karena benih yang dihasilkan dari induk tersebut dianggap telah mempunyai kekebalan terhadap KHV.
Ad/3.      Pengelolaan Lingkungan Budidaya
1.        Lokasi Kolam
Harus bebas pencemaran limbah (industri rumah tangga, pertanian) dengan cara memfilter air yang akan masuk kolam.
2.        kawasan Bebas Kebersihan
Produksi dalam satu hamparan kolam dan ditentukan oleh kesadaran, kesamaan dan kedisiplinan pembudidaya dalam menerapkan teknik budidaya yang benar.
3.        Sistim Budidaya
1. Sistem Budidaya polikultur merupakan alternatif yang dapat diterapkan untuk mengurangi resiko infeksi KHV misal ikan mas, nila gurami.
2.  Mengurangi kepadatan akan memperkecil peluang terjadinya penularan dan penyebaran penyakit  KHV.
3.  Mengatur suhu air atau memindahkan ikan  ke lokasi yang bersuhu lebih tinggi dari 27oC atau lebih rendah dari 22oC.
4. Pengendalian KHV di Perairan Umum (KJA) dapat dilakukan melalui penggunaan benih bebas KHV, peningkatan mutu pangan,  penggunaan imunostimulan termasuk vitamin C serta mengurangi kepadatan. Apabila ini tidak berhasil ikan segera dipanen dan dimusnahkan.
Ad/4.      Monitoring Kesehatan Ikan
               Kegiatan Monitoring dimaksudkan untuk mengetahui serangan KHV secara   dini secara dini serta faktor-faktor yang memicu terjadinya serangan tersebut, sehingga monitoring harus dilakukan secara berkala.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam Penanggulangan KHV.
1.   Pilih  benih yang berasal dari daerah yang masih bebas KHV.
2.  Melaporkan sesegera mungkin  kepada petugas Dinas Perikanan atau instansi terkait setempat bila terjadi kasus KHV.
3. Periksakan benih ikan sebelum ditebarkan ke laboratorium Uji yang dilengkapi alat PCR.
4.   Eradikasi Patogen / Kegiatan pemusnahan virus dari media pembawa (air dan ikan)
5.   Pengelolaan Lingkungan Budidaya
*       Memperbaiki sistim Budidaya
*      Monitoring Kesehatan Ikan dan Lingkungan
6.   Mencegah penyebaran virus melalui media pembawa, terutama ikan sakit dan sarana transportasinya.
 
 
 
Sumber:www.jatengprov.go.id

0 comments: